Saturday, 1 November 2014

CONTOH NEGOSIASI 2




Si Merah Tak Dapat Si Hitampun Jadi


Penjual                        : “Selamat datang, silahkan duduk.”
Pembeli           : “Terima kasih.”
Penjual            : “Ada yang bisa saya bantu?”
Pembeli           : “Saya ingin beli laptop.”
Penjual            : “Ingin laptop merk apa mbak?”
Pembeli           : “Yang bagus itu merek apa mbak ?”
Penjual            : “Begini mbak, kalau masalah bagus tidaknya itu relatif mbak. Semua merek ada   
    kelebihan dan juga ada kekurangannya.”
Pembeli           : “Ohh, begitu.”
Penjual                        : “Tetapi sekarang yang paling laris itu Acer mbak.”
Pembeli           : “Saya boleh lihat yang Acer?”
Penjual                        : “Iya, sebentar saya ambilkan dahulu.”
Pembeli           : “Iya.”
Penjual                        : “Ini mbak, silahkan di coba dahulu.”
Pembeli           : “Fasilitasnya apa saja mbak ?”
Pembeli           : “Ada wifi, bluetooth, memory 2 GB, monitor 14” dan masih banyak lagi.”
Pembeli           : “Warnanya ini hanya hitam saja mbak?”
Penjual                        : “Kalau ini ada warna coklat, putih, merah, sama hitam ini mbak.”
Pembeli           : “Saya mau lihat yang merah mbak, soalnya saya suka warna merah."
Penjual                        : “Maaf mbak, yang warna merah lagi habis stoknya, mungkin besok datangnya.”
Pembeli           : “Kalau sekarang adanya warna apa saja mbak ?”
Penjual                        : “Kita punya warna coklat sama hitam.”
Pembeli           : “Saya lihat yang coklat dulu mbak.”
Penjual                        : “Iya, saya ambilkan dulu.”
Pembeli           : “Iya.”
Penjual                        : “Ini mbak, silahkan.”
Pembeli           : “hitam sama coklat bagus mana mbak?”
Penjual            : “Tergantung selera mbak, kalau hitam itu sudah biasa, tapi kalau coklat itu jarang orang punya.”
Pembeli           : “Saya pilih hitam saja mbak.”
Penjual            : “Oh iya.”
Pembeli           : “Harganya berapa mbak?”
Penjual            : “Kalau yang ini harganya Rp 4.000.000,00.”
Pembeli           : “Tidak ada diskon mbak ?”
Penjual            : “Kebetulan kita lagi ada promo untuk merek Acer ada spesial diskon 5%, jadi harganya tinggal Rp 3.800.000,00.”
Pembeli           : “Tidak bisa turun lagi mbak ?”
Penjual            : “Tidak bisa mbak. Ini bisa di kredit  mbak, angsuran 8 X dalam  5 bulan.”
Pembeli           : “Rp 3.500.000,00 gimana mbak ?, cash.”
Penjual            : "Di tambahin lagi mbak!"
Pembeli           : "Saya tambahin Rp 50.000,00 gimana ?"
Penjual            : "Tetap tidak bisa mbak, begini saja saya kasih  Rp 3.700.000,00, itu sudah turun banyak lho mbak."
Pembeli           : "Gak bisa ditambahin lagi mbak diskonnya ?"
Penjual            : "Gak bisa mbak, nanti kalau ditambahin terus bos saya marah mbak, ini bukan punya saya kalau punya saya, saya kasih mbak segitu."
Pembeli           : “Ya sudah saya setuju Rp 3.700.000,00.”
Penjual            : “Saya buatkan notanya dulu mbak.”
Pembeli           : “Iya.”
Penjual            : “Ini notanya mbak,silahkan tanda tangan disini. Ini juga ada garansinya 1 tahun, jadi kalau ada masalah dengan laptopnya bawa saja kesini.”
Pembeli           : “Oh iya, ini uangnya.”
Penjual            : "Terima kasih. Ini mau diantarkan kerumah atau dibawa langsung?"
Pembeli           : "Saya bawa langsung saja mbak."
Penjual            : "Oh iya."
Pembeli           : “Selamat siang.”
Penjual            : “Selamat siang.”


Harga BBM (dipastikan) naik. Jangan buang energi percuma mendemo atau mendiskusikannya.
Segera bersikap. Jika Anda karyawan perusahaan, bersegeralah meminta kenaikan gaji. Tentu, bukan dengan dengan membawa pistol atau badik lalu mengancam pimpinan. Sama saja, Anda menulis permohonan pengunduran diri dengan tidak hormat. Bernegosiasilah dengan cerdas dan persuasif. Agar lebih efektif, pakailah aji pengasih yang banyak dijual di super market terdekat atau melalui belanja online. Berikut contoh negosiasi meminta kenaikan gaji.
Karyawan : Maaf, Pak. Berkenankah Bapak memberi waktu kepada saya untuk membicarakan hal penting?
(badan dibungkuk-bungkukkan, wajah memelas, suara menghiba. disarankan sebelumnya berpuasa 2 x 24 jam agar tampang lebih meyakinkan)
Bos : Boleh. Silakan duduk. Ada perlu apa?
Karyawan : Ini begini, Pak. Saya ‘kan sudah lumayan lama bekerja di perusahaan Bapak. Sudah 10 tahunan.
Bos : Iya.
Karyawan : Sebelumnya saya mohon maaf. Supaya tidak berpanjang lebar, saya ingin langsung mengutarakan maksud saya menghadap Bapak.
Bos :  O ya. Silakan.
Karyawan : Sebenarnya saya ingin meminta kenaikan gaji, Pak. Sekali lagi, maaf. Soalnya, beberapa perusahaan besar sudah menghubungi saya. Ada juga BUMN. Perusahaan-perusahaan itu mencari-cari saya. Tapi, bagaimanapun, Bapak adalah pimpinan saya. Jadi, saya putuskan membicarakannya dengan Bapak lebih dulu.
Bos : Naik gaji? Maunya, sih, iya. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat.
Karyawan : Saya maklum dengan kondisi ekonomi makro saat ini. Saya juga sangat paham kondisi perusahaan saat ini. Tapi, tolong pertimbangkan pula kerja keras saya selama ini, loyalitas dan prestasi saya. Tolong pertimbangkan pula dampak kenaikan BBM bagi ekonomi keluarga saya.
Bos : Hmmmm. (mikir dulu ….. )Saya tidak ingin berdebat atau membahas ini berlarut-larut. Saya akan berikan kenaikan 10% gaji dan 5 hari tambahan cuti. Saya kira ini sudah sangat layak bagi Bapak. Bagaimana?
Karyawan : Syukurlah, Pak. Terima kasih banyak.Kalau begitu, saya pamit dulu.
Bos : Omong-omong, sekadar ingin tau aja, perusahaan mana saja yang sudah menghubungi Bapak?
Karyawan : Ooooh itu. Banyak, Pak. Misalnya PLN, TELKOM, Bank BNI, BCA, dan beberapa lembaga pembiayaan.
Bos : Wah, hebat sekali. Posisi apa yang mereka tawarkan?
Karyawan : Bukan, Pak. Mereka menghubungi saya karena saya menunggak pembayaran rekening cicilan.


No comments:

Post a Comment