Sunday, 7 September 2014

MY STORY



Saat matahari mulai terbit ku buka mata dengan penuh senyuman, tanpa ku sadari air mata mulai menetes. Entah mengapa tiba” ku merasakan perasaan yang tak pernah ku duga. Sudah ku mulai melupakan semuanya, namun entah kenapa ingatan itu kembali lagi. Ia hadir mengusik senyum ku, menghantui pagi indah ku. Oh Tuhan mungkin ini sudah jalan ku, jalan yang harus ku lewati. Jalan itu begitu berliku, menanjak dan bergelombang, setiap langkah yang ku hentakan selalu ada batu dan genangan air. Oh tuhan ku tau kau pasti memberikan jalan di setiap cobaan, ku tau kau pasti memberikan harapan di setian ujian. Tapi dari semua ujian itu ku harus tetap melanjutkan hidup, mencari jalan keluar disetiap cobaan, supaya ku tahu akhir dari semua cobaan dan ujian ini.

Tadi malam ku melihatnya bersama dia, teman ku sendiri. Sungguh ku tak menyangka ternyata tatapan itu tertuju kepadanya bukan kepada ku. Sungguh patah hati ku tapi yang salah adalah aku bukan dia atau teman ku, karena perasaan ku terlalu jauh kepadanya. Tuhan entah apa yang harus ku lakukan, aku binggung, aku kecewa, aku sakit hati, tapi entah itu semua harus ku tujukan kepada siapa, karena ku tahu sesungguhnya disini yang salah adalah aku.

Bulan malam menemaniku, menemani setiap tetes air mataku, setiap sakit hati ku yang terlampiaskan. Saat tiba-tiba hadir hujan disaat air mata ini menetes mengalir di pipiku, ku merasa Tuhan mengerti apa yang aku rasakan, apa yang aku derita. Tuhan ku harap kau menyadarkan ku bahwa tak hanya ada dia di hatiku, dan pasti ada yang jauh lebih sempurna dari pada dia.

Pagi ini akhirnya ku mulai dengan sedikit senyuman di bibir, walaupun hanya palsu. Ku langsung pergi beranjak menuju kamar mandi. Saat mandi ku kembali terbayang kenangan saat itu, saat kau menatapku dengan senyum manis di bibir mu, tapi kali ini baru ku sadari teryata itu untuknya bukan untukku. Sungguh sakit memang tapi itu juga buakan salah mereka tapi salah ku yang terlalu mengharapkan yang tak mungkin ada untukku.

Air mata kembali menetes dari pipi ku, ku tahu sakit memang rasanya tapi sekali lagi ku tak boleh menyerah ku masih punya masa depan yang indah. Semua kenangan itu yang dulunya mimpi indah kini pin berubah menjadi mimpi buruk. Ku tahu ku telah bangun, dan ku harus segera melanjutkan hidupku entah ku masih percaya pada suatu tatapan senyuman atau tidak. Karena kini yang hanya ada dihatiku, kecewa, sakit dan terluka.

Ku harap semua itu segera berakhir, ditandai dengan akhirnya selesainya aku mandi. Ku akan menghapus semuannya, melupakan semuanya dan menutup buku ini untuk membuka buku baru. Buku yang entah apa judulnya nanti, apakah sama seperti yang dulu atau berubah 180% lebih baik, ku harap tuhan tau apa yang aku mau, apa yang aku butuh bukan apa yang aku minta.

Kini setiap langkah yang ku lewati ku harus lebih berhati-hati karena ku tak mau terjatuh lagi ke dalam lubang yang suram, lubang yang membuat air mata dan lubang yang pastinya hanya meninggalkan luka. Tuhan ku g=harap semua ini berhenti disini, karena ku tak ingin air mata ini mengalir lagi untuk hal yang mungkin tak berguna.

Setelah selasai mandi ku siapkan pakaian dan ku segera turu ke ruang makan. Pagi ini sepertinya ku sarapan makanan tadi malam, ku panaskan lagi makanannya di atas kompor. Setelah mendidih akhirnya ku sarapan, rasanyapun tak jauh berbeda dengan tadi malam. Makan ini adalah makanan yang tidak aku makan tadi malam karena sanggat terlukannya hati ini, mungkin jika aku makan tadi malam  rasanyapun  tak akan seenak ini.

Akhirnya ku selesai juga makan kini ku lanjutkan tuk berdandan. Dan saat ku lihat wajah ku di kaca, sanggat terlihat jelas mataku yang lebam habis menangis semalaman. Sungguh ku tak tau apa yang harus ku katatakan kepada temanku jika ia berntanya kenapa dengan mataku yang seper ini. Untung saat aku jalan” kemarin aku sempat membeli kacamata, akhirnya ku pakailah itu untuk menutupi mataku yang lebam. Setelah selesai berbandan ku segera ke luar rumah menuju mobil ku.
Dijalanan perasaanku tak menentu, aku bingung. Harus bagaimana lagi ku jalani hari ini, karena pasti ku melihat mereka berdua. Sungguh ku tak tau harus bertingkah bagaimana saat ku melihat mereka berdua haruskah ku cemburu, sakit hati atau bagaimana. Karena sesungguhnya aku sendiri tak tau aku cemburu atau tidak. Karena sungguh jika dari hati yang paling dalam tak ada air mata yang menetes setetespun. Mungkin air mata tadi malam hanya bahasa tubuhku. Tapi ku tak tau karena kadang hatiku pun membohongiku.

Akhirnya ku lajukan mobilku tak menentu. Beberapa saat kemudian akhirnya ku sampai di depan gerbang sekolah ku, dan ternyata sampai disana gerbangnya sudah di kunci. Saat ku lihat jam tanggan ku ternyata sudah menunjukan pukul 07.30. Aku binggung aku harus bagaimana, belum pernah aku telat seperti ini. Kalau aku bolos pasti perasaan menyesalku mungkin lebih dari satu minggu.

No comments:

Post a Comment