Sunday, 7 September 2014

KAPAL TANPA LAYAR



Seperti kapal yang terombang ambing di lautan, aku tak tahu harus melewati jalan mana. Arah mana yang harus ku tuju. Dan kapan ku harus ke sana. Ku tahu mungkin ini salah ku. Salah ku yang tak memahami kalian, salahku yang tak mengerti kalian. Atau mungkin ini salah kalian yang tak memahami dan mengerti ku. Tapi apakah kalian punya waktu untuk memahami dan mengerti ku. Lagi pula aku tak terlalu penting bagi kalian, atau bahkan tak mungkin. Atau lebih dari itu, apa aku kalian anggap sampah??? Oke jika aku memang sampah, buang saja aku. Tapi ya sudahlah, mungkin ini memang salah ku, ku sudah terbawa arus ini terlalu jauh. Arus yang tak berombak tapi berangin. Angin yang sangat kencang, berputar melewati kapal yang ku dayung. Kapal yang tak bermesin.
Ya sudahlah, aku akan terus mendayung. Mendayung sampai kapal ini terdaparpun tak apa. Asal ku bisa bersandar di tepi pantai. Menikmati hidup walaupun sesaat.
Huft... mungkin ini salahku. Mungkin ini salahku. Ya, salahku. Tapi ku tak bisa terus menyalahkan diriku. Kau seperti kompas bagiku, ku hanya membutuhkan mu di saat ku tersesat. Ku hanya membutuhkan mu jika kum tak tahu arah. Kau hanya akan ku anggap teman jika kau bisa membantuku, kau hanya akan ku anggap sahabat saat kau hadir disaat yang tepat.
Mungkin, aku salah memperlakukan mu. Kini ku harus berubah, ku harus menjadikan mu sahabat tanpa waktu, tanpa keadaan dan tanpa suasana.
Jika aku dapat kembali ke masa lalu ku ingin mengubah semua kenangan buruk ini, kenangan. Tapi itu mustahil. Ku tak mungkin melakukan hal itu. Itu hanya ada di film-film fantasi yang sering ku tonton. Atau mungkin pikiran ku sudah tercuci oleh film-film itu.
Oke, ini hidup ku mungkin ini salahku. Ya sudahlah, hidup ku harus terus berlajut. Atau mungkin aku memutuskan untuk mengakhirinya. Tapi aku masih memiliki orang-orang yang sangat sayang padaku. Jika ku berhenti di sini, namaku mungkin tak kan pernah terkenang manis di hati mereka. Hanya tangis semu yang mungkin keluar. Tapi aku tak peduli itu. Aku masih mempunyai Tuhan yang sangat sayang padaku. Oleh karena itu aku harus terus berjuang melewati ombak yang sangat ganas dan angin yang sangat kencang.
Hidup kadang memang tak adil, tapi hidup ku harus terus berlajut. Ku ingin menunjukan pada mereka yang selalu melempari ku batu, yang selalu melempari ku api. Dan aku juga ingin membalas jasa ke dua orang tuaku. Mungkin ku tak bisa berkata apa-apa di hadapan kalian. Mungkin hanya dengan ku memikirkan kalian, air mata ini menetes. Mengalir dari hati yang sangat menyayangi mereka. Dari hati yang sangat mencintai mereka. Merekalah yang membuat ku seperti ini. Merekalah yang membuat ku mengerti dan memahami artinya berjuang. Artinya bertahan. Dan artinya melawan. Suatu saat nanti ku ingin membalas jasa kalian. Walaupun mungkin tak kan bisa terbalaskan, walau ku memberi kalian 1 triliyun uang. Takkan cukup. Dan takkan pernah cukup.

No comments:

Post a Comment